Instrumen Kebijakan Moneter
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Berdasarkan tujuannya, operasi pasar terbuka dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
• Dynamic open market operation, yang bertujuan untuk mengubah jumlah cadangan dan monetary base.
• Defensif open market operation, yang bertujuan untuk mengontrol faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah cadangan dan
monetary base.
2. Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Policy)
Kebijakan ini meliputi tindakan untuk mengubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana dari bank sentral.
3. Penetapan Cadangan Wajib Minimum (Reserves Requirements)
Indikator empirik untuk kebijakan moneter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Jumlah uang beredar (M2), yaitu jumlah seluruh uang yang beredar yang terdiri dari M1(uang kartal dan uang giral) ditambah dengan uang kuasi.
b. Bunga deposito 1 bulan (Depo1)
c. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
d. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
e. Inflasi
Kebijakan moneter dan keseimbangan ekonomi IS-LM
Pengaruh kebijakan moneter terhadap output dan harga merupakan perdebatan yang panjang baik berkaitan segi teoritis maupun empiris. Hal itu tidak terlepas dari perkembangan aliran pemikiran ekonomi dari mulai clasical, neo-clasical, neo-clasical synthesis, new clasical dan new keynesian.
Dalam pandangan Klasik bahwa uang hanya berpengaruh terhadap harga dan tidak terhadap output. Dengan mengunakan analisa general ekulibrium yang memasukan uang ke dalam model menghasilkan money neutrality yang menunjukan uang tidak berpengaruh terhadap keseimbangan pasar.
Di sisi lain, pandangan Keynesian bahwa uang berpengaruh terhadap harga dan output karena adanya rigiditas harga dan penganguran tak sukarela (involuntary unemployment). Pandangan tersebut dimodelkan dengan IS-LM untuk keseimbangan pasar uang dan pasar barang (aggregate demand) serta dan adanya disekuilibrium pasar tenaga kerja pada sektor perusahaan (aggregate supply).
Efektifitas kebijakan moneter
Perekonomian yang stabil akan lebih disukai dibandingkan dengan perekonomian yang mengalami gejolak dan guncangan. Kestabilan menjadi sangat penting karena kondisi yang stabil akan menciptakan suasana yang kondusif untuk perkembangan dunia usaha dan bisnis. Salah satu parameter yang dapat mengukur kestabilan perekonomian yakni dengan melihat kinerja dari stabilitas makroekonomi. Stabilitas makroekonomi dapat ditelusuri dari dampak guncangan suatu variabel makroekonomi terhadap variabel makroekonomi lainnya. Apabila dampak dari suatu guncangan menimbulkan fluktuasi yang besar pada variabel makroekonomi dan diperlukan waktu yang relatif lama untuk mencapai keseimbangan jangka panjang, maka dapat dikatakan bahwa stabilitas makroekonomi sangat rentan terhadap perubahan. Namun, apabila dampak guncangan indikator itu menunjukkan fluktuasi yang kecil dan waktu mencapai keseimbangan jangka panjang relatif tidak lama, maka dapat dikatakan kondisi makroekonomi relatif stabil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar